sumberpedia – China cetak sejarah dalam perkembangan teknologi global. Negara ini secara resmi meluncurkan jaringan 10G, sebuah lompatan besar dari jaringan 5G yang sebelumnya telah digunakan secara luas. Jaringan 10G ini menawarkan kecepatan internet yang sangat tinggi dan latensi yang hampir nol, membuka babak baru dalam konektivitas digital dan transformasi industri.
Peluncuran resmi jaringan 10G dilakukan oleh operator telekomunikasi terbesar di China, China Mobile, bekerja sama dengan Huawei dan ZTE. Kota-kota besar seperti Beijing, Shanghai, Shenzhen, dan Chengdu menjadi lokasi awal implementasi jaringan ini.
Jaringan 10G di China akan difokuskan pada:
- Rumah pintar (smart home) dan layanan hiburan ultra-HD (8K, VR/AR)
- Industri pintar (smart factory) dan otomasi tingkat lanjut
- Transportasi otonom dan kota pintar (smart city)
- Layanan kesehatan berbasis cloud dan AI (misalnya bedah jarak jauh)
Jaringan 10G (bukan singkatan dari 10th Generation, melainkan mengacu pada kecepatan 10 Gigabit per detik) adalah generasi lanjutan dari infrastruktur internet berkecepatan tinggi. Teknologi ini tidak hanya ditujukan untuk komunikasi seluler seperti 5G, tetapi lebih kepada pengembangan jaringan tetap (fixed network) ultra-cepat berbasis serat optik dan teknologi kabel hybrid terbaru. Jaringan 10G mampu menyediakan:
- Kecepatan unduh dan unggah hingga 10 Gbps
- Latensi ultra-rendah di bawah 1 milidetik
- Kapasitas koneksi yang sangat besar dan stabil
- Penggunaan energi yang lebih efisien per bit data
Dengan peluncuran ini, China menegaskan kembali posisinya sebagai pemimpin global dalam teknologi infrastruktur jaringan. Jaringan 10G diperkirakan akan menjadi fondasi penting dalam mendorong ekonomi digital, khususnya dalam bidang kecerdasan buatan, big data, dan Internet of Things.
Menurut data dari Kementerian Industri dan Teknologi Informasi China (MIIT), potensi nilai ekonomi dari pengembangan jaringan 10G dalam lima tahun ke depan bisa mencapai triliunan yuan.
Lagi dan lagi China selalu men-cetak sejarah baru. Membuat negara sekelas AS pun harus berpikir 2x untuk melawan negara yang dipimpin oleh Presiden Xi Jinping ini.
